Perkara Thirst Trap Janda dan Cantiknya Si Mamah Muda

Aisya
7 min readApr 17, 2023

--

Jaka sembung bawa golok, memang salah dia pamer susu terus kok.

Perseteruan di jagat Twitter memang tidak ada hentinya, bahkan di bulan suci Ramadhan sekalipun. Padahal sudah menjadi pengetahuan umum bahwa selama 30 hari di bulan Ramadhan, setan-setan yang terkutuk itu dibelenggu di neraka supaya tidak bisa merayu manusia berbuat dosa. Begitu sih kata guru Pendidikan Agama Islam sewaktu saya masih di bangku SD. Namun sering sekali ketika saya membuka aplikasi Twitter di bulan Ramadhan untuk mencari hiburan sebentar, saya malah disuguhi cuitan-cuitan yang membuat saya jadi berpikir: kok banyak setan yang lepas ya?

Tetapi di sini saya tidak bermaksud mempertanyakan ajaran guru saya itu. Mencuri istilah dari sebuah tweet yang kebetulan lewat di linimasa: I’m telling the lore. Di sini saya mau bercerita. Sebab saya ingin kelak di tahun 2137, Nalaqueensha Xaverina mendengar cerita ini dari sang ibu sebelum tidur, seperti layaknya saya mendengar cerita rakyat Cinderella atau Sangkuriang dari ibuku juga.

Ambil posisi ter-pewe kalian, siapkan kudapan favorit, mari bahas perkara thirst trap dari si janda gatal dan cantiknya mamah muda.

.

Babak 1: Thirst Trap Janda Genit

Alkisah, seorang pengguna pengguna Twitter @/amndzahra yang memiliki nama Amanda Zahra, adalah ibu satu anak dengan jumlah pengikut 308.7k ketika saya sedang mengetik cerita ini. Amanda, tadinya hanya mbak-mbak gabut Twitteran, mendadak jadi selebriti jagat Twitter setelah skandal perselingkuhan suami sahnya dengan seorang aktris muda berinisial AK menggemparkan Indonesia dari bagian online kronis sampai berdampak pada pemboikotan film terbaru si aktris.

Nah, Amanda ini kebetulan memiliki paras cantik ditambah selera humor yang sangat masuk dengan frekuensi generasi Z dan berprofesi sebagai dokter, tentulah tidak sulit bagi warganet yang tadinya hanya bersimpati dengan Amanda, beralih jadi memujanya bak dewi. Saya maklum kok, sebab saya pikir: siapa yang tidak senang akan sosok wanita cantik, cerdas, nyaris sempurna dan pandai bercanda?

Ternyata saya salah besar. Hehe. Banyak.

Tidak butuh waktu lama sampai Amanda menjadi sasaran witch-hunt pengguna Twitter yang menilai caranya berswafoto terlalu vulgar seperti PSK, terkesan haus validasi karena memamerkan buah dada dan bokong.

Saya tidak tahu rasanya menjadi seorang ibu tunggal karena harus menceraikan suami biadab yang bercinta dengan kekasih gelapnya di samping kasur bayi kami, kemudian menerima kalimat-kalimat pedas di dunia maya hanya karena berfoto — hanya karena memiliki payudara besar yang harus memompa ASI. Rupanya tidak semua orang memiliki kapasitas untuk berpikir bahwa manusia memiliki bentuk tubuh beragam dan bersikap masa bodoh dengan hal yang kurang bisa diterima.

Di tanggal 1 April 2023, Amanda mengunggah sebuah utas dimana ia mencurahkan isi perasaannya selama ini. Di dalam utas tersebut, Amanda mengungkapkan bahwa dirinya sudah terbiasa sejak dulu menerima komentar-komentar slutshaming dan pelecehan seksual verbal karena bentuk tubuhnya, terlebih setelah bercerai.

Amanda menuturkan, utas tersebut diunggah dalam rangka memperingati bulan April sebagai Sexual Assault Awareness Month (Bulan Kesadaran Penyerangan Seksual), dengan membagikan pengalamannya dan berharap para perempuan penyintas juga tergerak untuk membentuk solidaritas.

Ironisnya, di tengah banjirnya kata dukungan untuk Amanda dari warganet yang bersimpati maupun sesama penyintas, gelombang komentar berbau victim blaming juga turut menghantam bertubi-tubi.

Tidak sedikit warganet yang mengecap Amanda sebagai perempuan yang haus validasi masyarakat dengan mengunggah thirst trap dan menyalahkan Amanda atas pelecehan seksual yang dialaminya. Kata-kata semacam janda genit dan janda caper pun seringkali digunakan. Mirisnya, kata-kata tersebut dilontarkan oleh perempuan sebab mereka menganggap Amanda ‘sengaja berpose menonjolkan TT’ dan ‘tidak punya nilai jual selain cerita sedih dan posting thirst trap’.

Thirst trap, adalah istilah populer di Internet yang merujuk pada foto-foto bersifat provokatif. Biasanya si pengunggah thirst trap ini berfoto dengan pose sensual dan menonjolkan belahan dada, perut, pinggul, otot, maupun bagian tubuh lainnya yang dianggap dapat memancing hasrat seksual orang-orang yang melihatnya. Tergantung konteks penggunaan istilahnya, thirst trap dapat memiliki konotasi yang derogatory (menghina) atau menjadi sebuah ungkapan dimana seseorang merasa berdaya dengan seksualitasnya.

Salah satu pengguna Twitter, @Sinfourth_, mengutip cuitan Amanda dengan memberikan definisi E-thot (istilah untuk perempuan yang mengobjektifikasi diri sendiri di dunia maya) dan menulis “Malas komentar tapi postingan dia selalu lewat timeline meski ga follow dia. Jangan berharap dunia berjalan seperti yg lu mau. Jangan mengharapkan ketenangan dan kedamaian dengan posting thirst trap di setiap hari.

Kemudian dibalas oleh pengguna @/catfishuss dengan “Berharap apa post foto begitu? Gamau dibilang Thirst trap tapi mancing. You should know the feedback. Jangan bego plis. Tapi pinter masa hal sesimple ini aja ga paham kakak amanda ini

Ada pula cuitan yang ditulis pengguna @/matchaliquor yang berbunyi “Amanda zahra, rachel venya, & wendy walters adalah janda caper. debate me.”

Sudah disalahkan atas pelecehan yang diterimanya, diberi predikat janda caper pula. Saya emosi sekali rasanya membaca komentar-komentar victim blaming yang diarahkan ke Amanda, bahkan ada yang mengatakan bahwa dia pantas diselingkuhi.

Tidak perlu mencari di Google tentang betapa buruknya stigma janda dan ibu tunggal di masyarakat Indonesia sebab saya yakin ini merupakan pola pikir yang sudah terinternalisasi di masyarakat, kemudian dilanggengkan oleh kultur misogini sampai hari ini. Tetapi jika kita ingin menelaah lebih lanjut, stigma janda di Indonesia identik dengan hal-hal berbau seksual. Parahnya, penilaian tersebut kebanyakan diberi oleh perempuan bersuami yang merasa terancam oleh eksistensi janda, terlebih yang masih muda dan memenuhi standar kecantikan seperti Amanda.

Marjinalisasi kaum janda ini tidak lepas dari campur tangan media yang mengkonstruksi citra janda sebagai pelaku asusila dengan mendorong narasi janda memiliki sifat genit dan haus akan belaian lelaki. Terbukti dengan tidak sedikit headline berita seperti ‘Janda Makin Menggoda! Aura Kasih Tampil Seksi dengan Kebaya Hitam’ atau ‘6 Artis Yang Semakin Memikat Setelah Berstatus Janda’ ditemukan.

Satu kata: concerning.

Sebab, stigma negatif ini tentu sangat merugikan para perempuan yang berstatus janda, seperti Amanda Zahra mendapat pelecehan seksual serta menerima komentar victim blaming yang merendahkan. Selain Amanda, di luar sana pun banyak janda yang menjadi sasaran tuduhan tindakan amoral, dianggap perempuan yang gagal mempertahankan pernikahan, dipandang sebagai barang bekas atau diseksualisasi berlebihan karena dianggap berpengalaman di ranjang.

Tidak perlu menjadi seorang janda atau memiliki hubungan dekat dengan janda lainnya untuk sekedar berempati dengan perempuan seperti Amanda, kok. Sayangnya, perseteruan tidak habis sampai di sini saja, sebab kita akan memasuki babak kedua yang lebih menguras emosi.

Babak 2: Cantik Natural Mamah Muda Idaman

Saya tidak pernah engage dengan konten-konten Iris Wullur sebelumnya. Tidak ada alasan khusus, kok — hei, namanya juga media sosial dan setiap orang punya preferensi masing-masing ‘kan. Saya cuma sering lihat video kompilasi dia bilang brand Uniqlo jadi YuniKLOK wara-wiri di linimasa media sosial saja tanpa rasa penasaran ingin mencari tahu lebih lanjut. Belakangan ini saya baru tahu kalau perempuan dengan nama asli Airis Emiliana yang memiliki 2.000.000 followers di TikTok ini merupakan aktris sekaligus ibu 3 anak…

…yang sering sekali dibanding-bandingkan dengan content creator Gitasav di tengah huru-hara warganet kebakaran jenggot soal pilihan childfree, sebab, hei, Iris Wullur saja bisa tetap awet muda dan cantik meskipun punya 3 anak… masa Gitasav enggak mampu? Hehe.

Memiliki penampilan yang mencentang seluruh kriteria standar cantik konvensional, lemah lembut dan berhasil mem-branding diri sebagai ibu rumah tangga idaman tentu membuat Iris Wullur menjadi pujaan para lelaki sejagat internet (mungkin perempuan juga).

Sekarang, nama Iris Wullur dibawa-bawa lagi dalam keributan warganet setelah Amanda Zahra angkat bicara soal objektifikasi seksual yang dialaminya.

Semua berawal dari cuitan di bawah ini:

Hm. Iya memang Iris Wullur cantik banget, saya akui. Tapi masa iya tanpa make up?

Duh. Padahal membedakan lip cream dan lip tint saja para laki-laki ini belum tentu mampu. Banyak perempuan pengguna Twitter yang langsung berbondong-bondong menepis klaim tersebut. Ya iyalah, kita perempuan tahu kok kalau untuk mendapatkan visual paripurna seperti Iris Wullur yang meskipun memang sudah cantik dari lahir, tetap perlu usaha. Treatment kecantikannya pasti memiliki budget jutaan mulai dari threading alis, eyelash extension, facial, belum lagi produk-produk kosmetik yang digunakan pastilah bukan yang kualitas kaleng-kaleng. Cantik itu relatif, saya tahu, tapi untuk merawat diri agar selalu terlihat oke itu perlu usaha meskipun sekecil apa pun.

Lain halnya dengan laki-laki yang jelas tidak akan bisa sepenuhnya memahami perempuan, tentu langsung membalas sanggahan kaum perempuan tersebut dengan narasi bahwa mereka iri dengan kecantikan natural Iris Wullur.

Well.

Saya mengerti, sih, laki-laki yang alergi merawat diri karena maskulinitas mereka yang rapuh sehingga takut dicap sebagai banci (padahal mereka sendiri yang memulai stereotip ini, begitu asing dengan segala bentuk perawatan. Pun fakta bahwa perempuan senang berdandan dan mempercantik diri untuk kesenangan pribadi itu tidak bisa mereka terima, dikiranya kita sampai keluar uang jutaan agar selalu terlihat prima itu supaya dipuji mereka. Makanya perempuan cantik dan percaya diri seperti Amanda Zahra dibilang mengundang pelecehan seksual hanya karena mengunggah swafoto di akun media sosial pribadi.

Tadinya saya tidak punya masalah sama Iris Wullur, sampai dia mengunggah satu video klarifikasi di TikTok bahwa dia tidak pakai make up bersama salah seorang ART di rumahnya sebagai penunjang fakta. Lucu, ya? Kenapa pula yang jadi concern pertama dia adalah untuk menuruti narasi laki-laki yang mendewakan cantik natural padahal ada perempuan yang sedang menerima hujatan victim blaming karena angkat bicara soal pelecehan seksual yang dialaminya?

Hehehe.

.

Pesan Moral

Waduh. Tidak semua cerita harus punya pesan moral, begitu pula dengan cerita yang saya sampaikan ini. Hmm, tapi saya berharapnya sih tulisan ini bisa dibaca oleh laki-laki dan jadi bahan renungan bagi mereka tapi — ah, buat apa berharap sama laki-laki!

Kalau begitu, semoga dibaca oleh teman-teman perempuan dan nonbiner juga agar jadi pengingat bahwa masyarakat yang didominasi nilai-nilai misoginis ini masih sangat kejam, suka main hakim sendiri sama kelompok kita. We only have ourselves, I just hope we don’t turn our backs on each other.

Sampai sini dulu, saya undur diri.

.

(Ditulis sebagai outlet menyalurkan emosi.)

--

--

Aisya
Aisya

Written by Aisya

Not exactly a wordsmith but I just like to talk about things that I care, mostly feminism and self development.

No responses yet